Abstract
Dengan semakin
ketatnya persaingan dan perubahan lingkungan eksternal organisasi, banyak
organisasi melakukan penyesuaian dalam struktur maupun pengelolaannya dengan
cara melakukan merger, akuisisi ataupun perubahan lainnya. Namun demikian,
menurut Chatab (2007 : 1) berdasarkan penelitian sebanyak 90 persennya gagal
memenuhi harapan. Kegagalan tersebut terutama karena konflik budaya organisasi.
Hasil penelitian lain menyatakan bahwa 74 persen perusahaan atau organisasi
mengalami ketidakberhasilan karena tidak memperhatikan faktor budaya.
Brown (1998 : 306)
menyatakan bahwa budaya organisasi mengacu kepada sistem makna bersama yang
dianut oleh anggota-anggotasuatu organisasi, dan membedakan organisasi itu dari
organisasi-organisasi yang lain. Tata nilai dalam budaya organisasi dapat
berperan sebagai sumber kakuatan penting yang diyakini dan dianut secara luas
dalam menghadapi tantangan perubahan lingkungan.
Namun budaya organisasi dapat menjadi beban bagi keberhasilan apabila budaya organisasi tidak sesuai dengan tujuan organisasi. Misalnya siatuasi lingkungan bisnis yang menuntut adanya adaptasi dan perubahan organisasi, namun di sisi lain budaya organisasi menginginkan tidak adanya perubahan dan mempertahankan status quo, maka organisasi akan mengalami inertia yang pada akhirnya dapat mengalami kemunduran.
Namun budaya organisasi dapat menjadi beban bagi keberhasilan apabila budaya organisasi tidak sesuai dengan tujuan organisasi. Misalnya siatuasi lingkungan bisnis yang menuntut adanya adaptasi dan perubahan organisasi, namun di sisi lain budaya organisasi menginginkan tidak adanya perubahan dan mempertahankan status quo, maka organisasi akan mengalami inertia yang pada akhirnya dapat mengalami kemunduran.
Organisasi yang
mampu mencapai dan mempertahankan keberhasilan dicirikan oleh budaya organisasi
sebagai berikut :
1) Nilai inti
organisasi yang dianut secara kuat oleh anggota organisasi.
2) Terdapatnya persepsi
umum yang diyakini dan dijunjung tinggi secara bersama oleh para anggota
organisasi.
3) Budaya dianggap
sebagai sumber kekuatan penting dan berharga.
4) Segala sesuatu
diatur dan berjalan dengan baik berdasarkan nilai-nilai budaya organisasi.
5) Nilai-nilai budaya
yang ada dirasakan bersama secara luas dalam organisasi.
6) Para anggota
organisasi merasa terikat kepada nilai-nilai inti yang ada dalam budaya
organisasi.
Banyaknya pimpinan
bank yang diadili berkaitan dengan kasus korupsi mengindikasikan bahwa
perbankan Indonesia memiliki budaya yang kurang sehat. Padahal, perbankan
merupakan satu sektor yang sangat mempengaruhi kegiatan perekonomian, karena
menjalankan fungsi intermediasi keuangan. Lembaga keuangan menyalurkan dana
dari unit surplus kepada unit defisit untuk dikemabangkan dalam
investasi-investasi yang produktif dan menggerakkan kegiatan ekonomi. Terjadinya
krisis keuangan perbankan pada tahun 1998 semakin menunjukkan pentingnya
peranan perbankan. Hal tersebut ditunjukkan oleh perhatian pemerintah yang
sangat besar untuk menciptakan kerangka kerja perbankan yang sehat. Berbagai
peraturan dan kebijakan pemerintah Indonesia tidak terlepas dari kecenderungan
perbankan di berbagai negara, yakni kecenderungan meningkatkan efisiensi
melalui merger dan akuisisi.
Bank Mandiri sebagai
hasil merger dengan 4 bank milik pemerintah lainnya telah memiliki sejarah yang
panjang yang dimulai sejak kemerdekaan Indonesia. Perubahan politik, sosial dan
budaya serta lingkungan global tidak dapat dipungkiri merupakan bagian dari
perjalannya. Budaya pelayanan serta mengutamakan nasabah baru dimulai pada era
deregulasi di tahun 1980-an sampai akhirnya liberalisasi tidak dapat
dihindarkan telah membawa perbankan Indonesia ke dalam pasar global. Budaya
organisasi perbankan secara otomatis dituntut untuk terus mengalami perubahan ke
arah yang lebih kompetitif bukan hanya di pasar domestik tapi di pasar global.
Sejarah
Bank Mandiri
Bank Mandiri merupakan
hasil merger antara Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank
Pembangunan Indonesia (Bapindo) dan Bank Expor Impor Indonesia (Ban Exim).
Hasil merger keempat bank ini dilaksanakan pada tahun 1999. Dalam proses
penggabungan dan pengorganisasian ulang, jumlah cabang Bank Mandiri dikurangi
sebanyak 194 buah dan karyawannya berkurang dari 26.600 menjadi 17.620.
Direktur Utamanya yang pertama adalah Robby Djohan. Kemudian
pada Mei 2000, posisi Djohan digantikan ECW Neloe. Neloe menjabat selama lima tahun
sebelum digantikan Martowardojo akibat terlibat dugaan korupsi di bank tersebut.
Bank Mandiri berdiri
pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi
perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999,
empat bank milik Pemerintah yaitu, Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank
Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia, bergabung menjadi Bank
Mandiri. Sejarah keempat Bank tersebut dapat ditelusuri lebih dari 140 tahun
yang lalu. Keempat Bank tersebut telah turut membentuk riwayat perkembangan
dunia perbankan di Indonesia.
Bank Dagang Negara
merupakan salah satu Bank tertua di Indonesia. Sebelumnya Bank Dagang Negara
dikenal sebagai Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij yang didirikan di
Batavia (Jakarta) pada tahun 1857. Pada tahun 1949 namanya berubah menjadi
Escomptobank NV. Selanjutnya, pada tahun 1960 Escomptobank dinasionalisasi dan
berubah nama menjadi Bank Dagang Negara, sebuah Bank pemerintah ynag membiayai
sektor industri dan pertambangan.
Bank Bumi Daya didirikan
melalui suatu proses panjang yang bermula dari nasionalisasi sebuah
perusahaan Belanda De Nationale Handelsbank NV, menjadi Bank Umum Negara pada
tahun 1959. Pada tahun 1964, Chartered Bank (sebelumnya adalah Bank milik Inggris)
juga dinasionalisasi, dan Bank Umum Negara diberi hak untuk melanjutkan operasi
Bank tersebut. Pada tahun 1965, bank umum negara digabungkan ke dalam
Bank Negara Indonesia dan berganti nama menjadi Bank Negara Indonesia Unit IV
beralih menjadi Bank Bumi Daya.
Sejarah Bank Ekspor
Impor Indonesia (Bank Exim) berawal dari perusahaan dagang Belanda
N.V.Nederlansche Handels Maatschappij yang didirikan pada tahun 1842 dan
mengembangkan kegiatannya di sektor perbankan pada tahun 1870. Pemerintah
Indonesia menasionalisasi perusahaan ini pada tahun 1960, dan selanjutnya pada
tahun 1965 perusahan ini digabung dengan Bank Negara Indonesia menjadi
Bank Negara Indonesia Unit II. Pada tahun 1968 Bank Negara Indonsia Unit II
dipecah menjadi dua unit, salah satunya adalah Bank Negara Indonesia Unit II
Divisi Expor – Impor, yang akhirnya menjadi BankExim, bank Pemerintah yang
membiayai kegiatan ekspor dan impor.
Bank Pembangunan
Indonesia (Bapindo) berawal dari Bank Industri Negara (BIN), sebuah Bank
Industri yang didirikan pada tahun1951. Misi Bank Industri Negara adalah
mendukung pengembangan sektor – sektor ekonomi tertentu, khususnya
perkebunan, industri, dan pertambangan. Bapindo dibentuk sebagai bank milik
negara pada tahun 1960 dan BIN kemudian digabung dengan Bank Bapindo. Pada
tahun 1970, Bapindo ditugaskan untuk membantu pembangunan nasional melalui
pembiayaan jangka menengah dan jangka panjang pada sektor manufaktur,
transportasi dan pariwisata.
Kini,
Bank Mandiri menjadi penerus suatu tradisi layanan jasa perbankan dan keuangan
yang telah berpengalaman selama lebih dari 140 tahun. Masing-masing dari empat
Bank bergabung memainkan peranan yang penting dalam pembangunan Ekonomi. Pada
saat ini, berkat kerja keras lebih dari 21.000 karyawan yang tersebar di 909
kantor cabang dan didukung oleh anak perusahaan yang bergerak di bidang
investment banking, perbankan syariah serta bancassurance, Bank Mandiri
menyediakan solusi keuangan yang menyeluruh bagi perusahaan swasta maupun milik
Negara, komersiil, usaha kecil dan mikro serta nasabah consumer.
Pada tanggal 14 Juli
2003, Pemerintah Indonesia melakukan divestasi sebesar 20% atas kepemilikan
saham di Bank Mandiri melalui penawaran umum perdana (IPO). Selanjutnya pada
tanggal 11 Maret 2004, Pemerintah Republik Indonesia melakukan divestasi
lanjutan atas 10% kepemilikan di Bank Mandiri. Bank Mandiri saat ini merupakan
bank terbesar di Indonesia dalam jumlah aktiva, kredit dan dana pihak ketiga.
Total aktiva per 31 Desember 2005 sebesar Rp 254, 3 triliun (USD25,9 miliar) dengan
pangsa pasar sebesar 18,0% dari total aktiva perbankan di Indonesia. Jumlah
dana pihak ketiga Bank Mandiri sebesar Rp 199,0 triliun atau sama dengan 17,6%
dari total dana pihak ketiga secara nasional, dimana jumlah tabungan merupakan
16% dari total tabungan secara nasional,. Begitu pula dengan pangsa pasar
deposito berjangka sebesar 19,1% dari total deposito berjangka di Indonesia.
Selama tahun 2005, pertumbuhan dana pihak ketiga kami sebesar 5,8%, sementara
pertumbuhan kredit sebesar 13,3%. Bank Mandiri memiliki struktur permodalan
yang kokoh dengan Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio-CAR) sebesar
23,7% pada akhir tahun 2005, jauh diatas ketentuan minimum Bank Indonesia
sebesar 8%. Pada Maret 2005, Bank
Mandiri mempunyai 829 cabang yang tersebar di sepanjang Indonesia dan enam
cabang di luar negeri. Selain itu, Bank Mandiri mempunyai sekitar 2.500 ATM
dan tiga anak perusahaan utama yaitu Bank Syariah Mandiri,
Mandiri Sekuritas, dan AXA Mandiri.
Kinerja Bank Mandiri pada Awal Merger
Menurut Agunan (2003), dari hasil analisis terhadap
kinerja keuangan dan tingkat efisiensi Bank Mandiri dapat ditarik kesimpulan
bahwa kinerja usaha Bank Mandiri sebelum merger menunjukkan bank pemerintah
yang tidak sehat. Hal tersebut dapat diketahui dari tingkat pencapaian ROA,
ROE, DER dan DTAR yang menunjukkan keempat bank BUMN dalam kondisi bangkrut,
dimana utang yang dimiliki telah melebihi modal beribu-ribu kali. Disamping
itu, perbandingan utang terhadap aktiva sangat buruk yaitu jumlah utang yang
dimiliki tidak dapat dilunasi dengan aktiva yang ada di empat bank tersebut.
Merger yang dilakukan pemerintah terhadap empat bank tidak sehat merupakan
pilihan terakhir dibandingkan penutupan (likuidasi) bank-bank BUMN. Tujuan
merger ini tidak lain menghindari pengeluaran negara yang lebih besar lagi
untuk membayar uang para deposan, mencegah terjadinya domino effect seiring
krisis ekonomi yang berlangsung dan bertambahnya jumlah pengangguran.
Kinerja Bank Mandiri setelah merger tidak berdampak
positif atau dapat dikatakan tidak sehat jika dilihat dari rasio keuangan yang
telah dikemukakan sebelumnya. Disamping itu, 70% pendapatan Bank Mandiri
berasal dari pendapatan bunga obligasi pemerintah, justru pendapatan bunga dari
pemberian kredit hanya sebesar 18% untuk tahun 2001. Dengan demikian, kinerja
bank selama tiga tahun ini tidak lebih baik dibandingkan sebelum merger. Merger
tidak selalu menciptakan efisiensi, walaupun peningkatan total aktiva dapat
mencapai skala ekonomis, belum cukup untuk menciptakan efisiensi Bank Mandiri.
Beberapa aspek yang mempengaruhi efisiensi Bank Mandiri terlihat dari aktiva,
modal, utang jangka pendek, utang jangka panjang dan jumlah SDM. Sementara itu,
Bank Mandiri hanya diposisi keempat apabila dilihat efisiensi relatif diantara
bank-bank pemerintah saat ini.
Strategi Kebijakan Manajemen
Good Corporate Governnance merupakan upaya manajemen Bank
mandiri memiliki komitmen untuk terus melaksanakan praktek-praktek bisnis yang
sehat di dalam menjalankan setiap kegiatan operasional bank maupun anak
perusahaan. Komitmen tersebut tercermin dalam usaha Bank Mandiri yang secra
terus menerus dan berkelanjutan berupaya untuk menjaga dan memastikan bahwa
corporate governance telah dilaksanakan dengan baik, yang tujuannya adalah
untuk meningkatkan nilai saham, menjaga kepercayaan dan melindungi kepentingan
stakeholder.
Untuk memperoleh gambaran obyektif mengenai pelaksanaan
corporate governance, Bank Mandiri bekerjasama dengan lembaga pemeringkat
independen dan berskala internasional, yakni Standard & Poor’s melakukan
rating terhadap penerapan prinsip-prinsip corporate governance yang baik. Hasil
yang diperoleh pada tahun 2002 sebelum IPO menunjukkan bahwa Bank Mandiri
memiliki overall score 5,4 (skala 1-10) yang berati moderate corporate
governance process and ptactices when evaluate against global best practices.
Salah satu komponen yang memperoleh score relatif tinggi adalah tranparansi
keeuaangan dan pengungkapan informasi yang mencapai skor 6,3.
Nilai-nilai Budaya Baru Bank Mandiri
Bank Mandiri memiliki misi untuk menjadi bank yang
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar serta memberikan keuntungan
maksimal bagi stakeholder dengan kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan.
Selain dari itu, Bank Mandiri berusaha menjadi bank yang dikenal karena
mematuhi standar praktek perbankan internasional dalam hal corporate
governance.
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Bank Mandiri telah
menanamkan nilai-nilai transparansi, independensi, akuntabilitas, tanggung
jawab dan keadailan melalui berbagai program sosialisasi kepada seluruh jajaran
bank. Penjabaran atas prinsip corporate governance yang baik telah dilakukan antara
lain dengan menuangkan nilai-nilai tersebut ke dalam Visi dan Misi Bank
Mandiri, kebijakan Good Corporate Governance, Code of Conduct, Pernyataan
Tahunan dan “Perilaku 3 Tidak (3 NO Behaviors)” yang telah lama dijalankan.
Struktur dua lapis memberikan keseimbangan yang baik anatara Direksi dan
Komisaris, yang sesuai dengan representasi kepentingan stakeholder dan pemegang
saham yang saat ini mayoritas ada di tangan pemerintah, namun pada pertengahan
tahun 2003, 20% saham telah dimiliki oleh publik. Representasi yang adil di
atas kepentingan pemegang saham minoritas menjadi kunci penting setelah IPO.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, Bank
Mandiri mengatur adanya larangan perangkapan jabatan bagi Direksi dan Komisaris
yang dapat menimbulkan benturan kepentingan dengan Bank.
Perbaikan
kinerja Bank Mandiri dilakukan dengan perbaikan menyeluruh, dengan orientasi
kepada pelanggan. Budaya pelayanan, peningkatan omset dan perbaikan kualitas
kredit dilakukan secara bersama-sama. Berdasarkan survai independent oleh MRI,
Bank Mandiri menduduki peringkat 3 sebagai bank dengan pelayanan terbaik dari
11 bank di Indonesia pada tahun 2004.
Visi bank Mandiri adalah menjadi “Bank Terpercaya Pilihan
Anda” Sedangkan misinya adalah :
1. Berorientasi pada Pemenuhan kebutuhan pasar.
2. Mengembangkan sumber daya manusia profesional
3. Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder
4. Melaksanakan manajemen terbuka
5. Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan.
Pada
tahun 2005 Bank Mandiri mengembangkan suatu budaya kerja baru. Untuk mewujudkan
visi dan misi sebagaimana di atas merupakan suatu perjalanan panjang yang harus
ditempuh dalam suatu koridor dan pedoman yang disepakati bersama dalam
organisasi. Terdapat 5 nilai budaya, yakni serangkaian prinsip yang dijadikan
sebagai panduan moral dalam berperilaku, bertindah dan mengambil keputusan.
Nilai budaya yang menjadi pedoman tersebut dirumuskan sebagaimana Tabel 3.
Tabel. 3. Definisi
Nilai Budaya dan Perilaku Utama Bank Mandiri
Nilai
|
Definisi
|
Perilaku Utama
|
Kepercayaan/Trust
|
Membangun keyakinan dan sangka baik di antara
stakeholder dalam hubungan yang tulus dan terbuka berdasarkan kehandalan
|
· Saling menghargai dan bekerja sama
· Jujur, tulus dan terbuka
|
Integritas/Integrity
|
Setiap saat berfikir, berkata dan berperilaku terpuji,
menjaga martabat serta menjunjung tinggi kode etik profesi
|
· Disiplin dan konsisten
· Berpikir, berkata dan bertindak terpuji
|
Profesionalisme/
Professionalsm
|
Berkomitmen untuk bekerja tuntas dan akurat atas dasar
kompetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab
|
· Kompeten dan bertanggung jawab
· Memberikan solusi dan hasil terbaik
|
Fokus pada Pelanggan/
Customer Fokus
|
Senantiasa menjadikan pelanggan sebagai mitra utama
yang saling menguntungkan untuk tumbuh secara berkesinambungan
|
· Inovatif, proaktif dan cepat tanggap
· Menggunakan pelayanan dan kepuasan pelanggan
|
Kesempurnaan/
Execelence
|
Mengembangkan dan melakukan perbaikan di segala bidang
untuk mendapatkan nilai tambah optimal dan hasil yang terbaik secara terus
menerus.
|
· Orientasi pada nilai tambah dan perbaikan terus menerus
· Peduli lingkungan
|
Sumber : Tim Internalisasi Budaya Bank Mandiri
(2002)
Penjabaran
dari panduan tentang nilai-nilai budaya tersenut juga diberikan kepada semua
karyawan, yang secara ringkas adalah sebagaimana berikut.
1. Kepercayaan;
Merupakan
sesuatu yang tumbuh atas dasar keyakinan akan suatu keandalan dan keluhuran
karakter dan kepribadian. Kehandalan seseorang yang tidak dilandasi karakter
yang luhur tidak akan menimbulkan suatu kepercayaan. Dalam kehidupan
sehari-hari, kepercayaan ini diwujudkan dalam perilaku saling menghargai dan
bekerja sama, serta tindakan yang jujur, tulus dan terbuka. Nilai kepercayaan
dijawabarkan dalam dua perilaku utama, yakni “Saling menghargai dan bekerja
sama” dan “Jujur, tulus dan terbuka”.
Perilaku saling
mengargai dan bekerja sama
·
Memperlakukan rekan kerja, pelanggan, dan
semua pihak yang berkepentingan dengan penuh hormat dan santun.
·
Menjaga
komunikasi yang penuh empati di antara sesama rekan kerja sehingga tercipta
saling pengertian dalam hubungan interpersonal.
·
Menciptakan
dan memelihara iklim lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman.
·
Menjalankan
amanah yang diberikan dengan penuh komitmen dan tanggung jawab sehingga tumbuh
suatu kepercayaan yang langgeng.
·
Menempatkan
kepentingan perusahaan di atas kepentingan pribadi maupun golongan.
·
Menjalin
kerja sama antar individu dan antar unit kerja untuk bersama-sama berupaya
mewujudkan tercapainya tujuan organisasi.
·
Saling
memberikan bantuan dan dukungan yang positif terhadap sesama rekan kerja dan
berkontribusi aktif untuk mencapai tujuan bersama.
·
Menghormati
perbedaan di antara para pegawai dan menjadikan perbedaan itu sebagai titik
awal untuk mencapai sinergi.
Perilaku jujur, tulus
dan terbuka
·
Senantiasa
berkata dan bertindak berdasarkan kebenaran, sesuai fakta dan kenyataan yang
terjadi.
·
Memelihara
niat yang murni dan penuh kerelaan, bertindak semata-mata demi kepentingan yang
terbaik bagi Bank Mandiri, tanpa pamrih dan tanpa ada maksud tersembunyi.
·
Memelihara
transparansi dalam setiap tindakan dan pengambilan keputusan, dengan memberikan
informasi yang relevan secara benar, tepat dan akurat, dengan tetap menjunjung
tinggi prinsip-prinsip pribadi dan kerahasiaan.
·
Berani
mengakui keterbatasan dan kesalahan, serta bersedia untuk melakukan perbaikan.
·
Berani
mengemukakan saran, pendapat dan kritik secara obyektif dan terbuka.
2. Integritas
Adalah
suatu nilai yang memelihara satunya pikiran, kata dan perbuatan yang sesuai
dengan hati nurani dan prinsip-prinsip kebenaran. Integritas diwujudkan dalam
perilaku disiplin dan konsisten, serta perilaku berpikir, berkata dan bertindak
terpuji, sesuai dengan prinsip moralitas yang menunjukkan adanya keluhuran
karakter dan budi pekerti.
Disiplin dan Konsisten
- Bertindak menepati janji dan komitmen yang telah
disepakati
- Mematuhi aturan, kebijakan dan prosedur di Bank
Mandiri serta peraturan perundangan yang berlaku secara bijaksana dan
dengan penuh tanggung jawab.
- Mengambil keoutusan secara bijaksana dalam berbagai
situasi dengan tetap berpegang pada aturan dan kebijakan yang berlaku
- Memegang teguh prinsip dan pendirian yang kita
yakini benar dan tidak mudah berubah meskipun berada dalam tekanan atau
situasi sulit.
Berpikir, Berkata dan
Bertindak Terpuji
- Memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin
orang lain memperlakukan kita
- Bersikap adil dan bijaksana dalam segala situasi
- Bekerja dengan penuh dedikasi, melindungi
kepentingan dan kehormatan pribadi dan Bank Mandiri serta selalu
menjunjung tinggi kode etik profesi.
- Menghindari peluangg yang memungkinakan terjadinya
benturan kepentingan
- Harus senantiasa berupaya untuk menjadi panutan dan
teladan bagi orang lain dengan menjalankan apa yang kita ucapkan secara
konsisten
- Menggunakan harta milik perusahaan dengan penuh
tanggung jawab hanya untuk kepentingan Bank Mandiri.
- Tidak menggunakan informasi perusahaan untuk
kepentingan pribadi maupun pihak ketiga tanpa persetujuan resmi dari Bank
Mandiri.
- Mengambil keputusan secara obyketif dan bebas dari
tekanan maupun pengaruh dari pihak manapun.
- Tidak menawarkan, memberikan ataupun menerima suap
dalam bentuk apapun.
3. Profesionalisme
Profesionalisme
merupakan suatu nilai yang mengedepankan keahlian dan kompetensi dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab. Nilai profesionalisme diwujudkan dalam
perilaku yang menjunjung tinggi kompetensi dan tanggung jawab serta komitmen
untuk senantiasa memberikan solusi yang terbaik.
Kompeten dan
Bertanggung Jawab
·
Senantiasa
mengembangkan tingkat kompetensi supaya dapat mengikuti perkembangan dan
kemajuan sesuai tuntutan profesi.
·
Menetapkan
standard yang tinggi sebagai tolok ukur keberhasilan kinerja dan dengan penuh
tanggunng jawab berusaha mencapai standard kinerja yang telah ditetapkan.
·
Senantiasa
memelihara gairah dan semangat yang tinggi dalam bekerja.
·
Menumbuhkan
rasa ikut memiliki terhadap Bank Mandiri dan berani bertanggung jawab untuk
setiap tindakan dan keputusan yang kita buat.
·
Bertanggung
jawab untuk memberikan kontribusi bagi tercapainya visi dan misi Bank Mandiri.
Memberikan Solusi dan
Hasil Terbaik
- Kita menyelesaikan pekerjaan secara tuntas dan
akurat
- Bekerja secara cerdas, yaitu efisien dan efektif,
memanfaatkan sumber daya secara optimal untuk mencapai hasil yang
maksimal.
- Mengelola pekerjaan secara sistematis melalui
proses perencanaan, pengorganisasian serta evaluasi dan pemamtauan secara
berkesinambungan.
- Dalam upaya memberikan hasil yang terbaik, kita
memiliki keberanian untuk mengambil risiko yang diperhitungkan secara
cermat sehingga tidak akan mengorbankan kepentingan perusahaan.
4. Fokus pada Pelanggan/Customer
Focus
Fokus pada pelanggan merupakan salah satu nilai utama
yang melandasi sikap insan Bank Mandiri untuk senantiasa membina hubungan baik
dengan pelanggan serta langgeng dan berkesinambungan. Pelanggan eksternal
maupun internal Bank Mandiri merupakan mitra yang akan kita dukung untuk terus
maju dan tumbuh secara konsisten dari waktu ke waktu. Untuk itu fokus pada
pelanggan kita wujudkan dalam perilaku yang inovatif, proaktif dan cepat
tanggap terhadap kebutuhan pelanggan serta mengutamakan kepentingan dan
kepuasan pelanggan.
Inovatif, Proaktif dan
Cepat Tanggap
- Selalu peka terhadap kebutuhan pelanggan dan
proaktif untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan.
- Selalu inovatif dan berorientasi untuk memberikan
solusi yang optimal untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
- Selalu fokus untuk memberikan layanan dengan nilai
tambah spesifik yang dibutuhkan pelanggan.
- Bersikap empatik terhadap keluhan dan permasalahan
pelanggan dan capat tanggap untuk dapat memberikan solusi terbaik untuk
setiap keluhan nasabah.
Mengutamakan Pelayanan
dan Kepuasan Pelanggan
- Berupaya untuk memuasakan dan memberikan layanan
prima yang melebihi harapan pelanggan, dengan tetap mempertimbangkan aspek
risiko dan prinsip kehati-hatian.
- Kita berupaya untuk mengutamakan kepentingan pelanggan
dengan tetap memperhatikan kepentingan Bank Mandiri.
- Memahami pelanggan secara utuh untuk dapat berperan
sebagai mitra yang akan mendukung pelanggan untuk maju.
- Memberikan solusi yang tidak hanya sekedar
memauaskan pelanggan tetapi mendorong pelanggan untuk tumbuh dan
berkembang.
- Berupaya untuk senantiasa memelihara hubungan baik
dengan pelanggan dalam jangka panjang dan memperhatikan perkembangan
pelanggan dari waktu ke waktu.
- Menghargai kepentingan pelanggan dan menghormati
prinsip pribadi dan kerahasiaan dalam hubungan dengan pelanggan.
- Senantiasa meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
diri untuk dapat selalu memberikan layanan yang unggul kepada pelanggan.
- Sealalu bersikap ramah, sopan dan profesional dalam
berinteraksi dengan pelanggan.
- Senantiasa berupaya untuk masuk dalam lingkungan
pelanggan dan menjadi mitra yang dapat diandalkan setiap saat.
Proses Implementasi Budaya Kerja
Masalah implementasi budaya kerja baru bukan sekedar menempel
plakat kemudian selesai. Budaya kerja suatu organisasi terbentuk melalui proses
yang panjang dan berjalan tanpa henti selama organisasi menjalankan kegiatannya
sehari-hari. Mengingat proses
pembentukan budaya organisasi yang memakan waktu dan harus ditanamkan secara
terus menerus, maka implementasi budaya kerja baru Bank Mandiri dilakukan dalam
tiga tahapan. Tahapan pertama dilakukan pada awal tahun 2005, adalah Disain
Program, dimana pada tahapan ini juga dilakukan seleksi untuk memperoleh 240
orang trainer yang akan menjadi fasilitator dalam proses implementasi budaya
kerja baru. Para trainer ini kemudian akan melatih sebanyak 1.200 orang yang
akan menjadi agen perubahan yang ditempatkan di berbagai unit kerja dalam
organisasi.
Tahap selanjutnya dilakukan penerapan budaya kerja baru,
dimana para senior management melakukan road show untuk memperkenalkan dan
mendiskusikan implikasi nilai-nilai baru
terhadap budaya korpasi. Kunjungan-kunjungan ini diperkuat dengan komunikasi
secara komprehensip yang mencakup semua staf Bank Mandiri melalui video,
leaflet, jingle dan juga buku saku.
Segala aktivitas dari agen perubahan selalu dimonitor,
untuk melihat efektivitas dari perubahan budaya kerja, sehingga diketahui
kekurangan dan kekuatan dari proses sosialisasi tersebut. Ketiga tahapan ini
diharapkan selesai pada akhir tahun 2006. Tahap ke tiga sebenarnya tidak pernah
berhenti, dimana perubahan budaya organisasi merupakan proses yang tiada henti
yang selalu ada evaluasi dan perkembangan. Sampai dengan saat ini proses
tersebut masih dijalankan secara konsisten di seluruh kantor Bank Mandiri, baik
di kantor pusat maupun kantor-kantor cabang di seluruh Indonesia.
Kinerja Bank Mandiri Tahun 2007
Pada tahun 2007 PT Bank Mandiri dinobatkan sebagai bank
nasional paling efisien dari 130 bank yang beroperasi di Indonesia dalam Banking
Efficiency Award 2007 versi Harian Bisnis Indonesia. Bank Mandiri merupakan
bank yang memiliki skor efesiensi tertinggi dibandingkan nilai efesiensi
relatif dari keseluruhan bank dengan rata-rata nilai 0,85863. Penilaian
efesiensi itu berdasarkan kinerja perbankan 2006.
Dalam peniliain ini, Bisnis menggunakan Penilaian
Kinerja Perbankan, pertama kinerja yang terkait dengan tuntutan regulasi, yakni
Nilai dari Rasio Kecukupan Modal, Giro Wajib Minimum (GWM), Rasio Kualitas
Aktiva Produktif, Rasio Likuiditas. Kedua, Kinerja keuangan seperti Return on
Equity (ROE), Return on Asset (ROA) dan Net Interest Margin (NIM). Ketiga
kinerja bank sebagai lembaga intermediasi yakni Loan to Deposit Ratio (LDR). Dengan
melakukan penilaian dengan metode Teknik Pengukuran Efisiensi dengan Pendekatan
Frontier dengan Pendekatan non parametik dan Pendekatan parametrik. Dengan
metode yang digunakan ini, maka `Banking Efficiency Award Bisnis Indonesia
2007` telah melakukan skor efesiensi 130 bank dengan nilai rata-rata 0,703. Selain
itu, `Banking Efficiency Award Bisnis Indonesia 2007` juga melakukan penilaian
per katogiri, diantaranya Bank BUMN (5 bank) dengan nilai rata-rata 0,801; Bank
BPD (26 bank) dengan nilai rata-rata 0,727; Bank Swasta Nasional (71 bank)
dengan nilai rata-rata 0,679; Bank Devisa (35 bank) dengan nilai rata-rata
0,732.
Selain itu, Bank non Devisa (36 bank) dengan nilai
rata-rata 0,628; Bank campuran (17 bank) dengan nilai rata-rata 0,750; Bank
asing (11 bank) dengan nilai rata-rata 0,680 dan bank terbuka (26 bank) dengan
nilai rata-rata 0,750. Bank mandiri selain merebut skor tertinggi bank umum
nasional, juga memenangkan kategoti bank BUMN dan bank terbuka (3 kategori). Untuk
kategori bank BPD (Bank Pembangunan Daerah) diraih oleh BPD Riau dengan skor
0,768. Bank BCA telah memenangkan dua kategori bank Bank Umum Swasta Nasional
(BUSN) dan BUSN-devisa dengan skor 0,823. Untuk kategori Bank Umum Swasta
Nasional non Devisa diraih oleh Bank Mega Syariah dengan skor 0,748. Untuk
kategori Bank Campuran diraih oleh Bank Woori Indonesia dengan skor 0,783 dan
kategori Bank asing diraih oleh Bank Tokyo-Mitsubishi dengan skor 0,787.
Kesimpulan
Bank
Mandiri sebagai hasil merger dari empat bank milik pemerintah, memiliki peranan
yang sangat penting dalam sejarah kebijakan keuangan di Indonesia, telah
mengalami perubahan kebijakan perbankan sesuai dengan kondisi sosial, politik
dan ekonomi Indonesia, tidak dapat lagi mempertahankan budaya lama yang selama
ini telah menjadi stereotip bank milik pemerintah yang tidak berorientasi
kepada pelanggan tetapi lebih sebagai agen pemerintah. Berbagai upaya
dilakukan, antara lain dengan peningkatan modal, komitmen untuk menjadi Good
Corporate Governance, dan juga dengan implementasi budaya kerja baru. Budaya
kerja baru Bank Mandiri telah menghasilkan penghargaan Bank Mandiri oleh
lembaga peringkat di tingkat Asia sebagai bank dengan pelayanan terbaik di
Indonesia.
Daftar Pustaka
Brown, Andrew. 1998. Organizational Culture.
Harlow. Pearson Education Limited.
Carleton, J. Robert
dan Claude Lineberry. 2000. Achieving Post-Merger Success : A Stakeholder’s
Guide to Cultural Due Dilligence Assessment and Integration. Thomson
South-Western. Singapore.
Capoldagi, Bill
dan Jackson, Lynn. 2002. The Disney Way : Memanfaatkan Rahasia Manajemen Disney
di Perusahaan Anda. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Chatab, Nevizond.
2007. Profil Budaya Organisasi Mendiagnosis Budaya dan Merangsang Perubahannya.
Bandung. PT. Alfabeta Bandung.
Hampden-Turner,
Charles and Trompenaars, Alfons. 1993. The Seven Cultures of Capitalism ; Value
System for Creating Wealth in the United Stated, Japan, Germany, France,
Britain, Sweden, and the Netherlands. Doubleday. London.
Sobirin, Achmad. 2007. Budaya
Organisasi Pengertian, Makna dan Aplikasinya dalam Kehidupan Organisasi.
Yogyakarta. Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar